By. Rohmawati, M. Pd.

Mengelola keuangan memang membutuhkan keahlian tersendri. Tidak sedikit dari kita yang bekerja dengan gaji lumayan besar tetap harus was-was di akhir bulan karena keuangan sudah menipis. Pendapatan per bulan hanya cukup memenuhi urusan konsumtif dan berkaitan dengan kebutuhan fisik saja. Sehingga hasil kerja keras habis tidak bersisa dan kehidupanpun tidak mengalami perkembangan yang lebih baik.
Fenomena di atas tentunya dapat diatasi apabila kita memiliki financial literacy yang baik. Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin ‘literature’ dan bahasa inggris ‘letter’. Sehingga dapat dikatakan bahwa literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih luas, makna literasi dapat diartikan sebagai melek visual yang berarti kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual. National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”
Berbagai macam literasi yang harus ditingkatkan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup, antara lain yaitu : literasi ekonomi, literasi keuangan (financial), literasi teknologi,literasi pendidikan, dan lain-lain. Kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi, menyadarkan kepada kita betapa pentingnya meningkatkan literasi keuangan (financial literacy) yang kita memiliki. Banyak orang yang belum menyadari bahwa dibalik banyaknya uang yang kita peroleh, seharusnya ada unsur “berkah”. Uang adalah bagian dari rizki, rizki yang berkah/barokah adalah rizki yang nilai manfaatnya bertambah untuk kemaslahatan orang banyak. Oleh karena itu financial literacy sangat dibutuhkan untuk menggapai rizki yang berkah/barokah.
Menurut Capuano & Ramsay (2011), literasi keuangan adalah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep keuangan sehingga menghasilkan kemampuan untuk membuat keputusan yang efektif tentang uang. Sedangkan menurut Moore (dalam Hung at al., 2009) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan memiliki literasi keuangan jika ia memiliki kompetensi dan dapat menunjukkan bahwa ia telah mengaplikasikan pengetahuan tentang keuangan yang ia miliki dalam kehidupannya.
Literasi keuangan lebih luas lagi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membaca, menganalisis mengatur dan mengkomunikasikan tentang kondisi keuangannya yang mempengaruhi kesejahteraanya, termasuk di dalamnya kemampuan untuk membedakan pilihan keuangan, membicarakan isu-isu keuangan dan meresponnya dengan baik karena dapat mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengelola keuangan, yaitu :

  1. Mengatur keseimbangan antara uang yang masuk dengan uang yang keluar.
    Uang sejatinya adalah rizki dari Allah yang harus dikelola sebaik mungkin sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada Allah atas amanah yang diberikan kepada kita berupa uang. Kita harus membuat skala prioritas kebutuhan yang penting dan tidak menyianyiakan harta selain untuk menambah ketaatan kepada Allah. Keperluan konsumtif tentu saja diperhitungkan lebih dahulu, karena hal tersebut menyangkut kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi tetap harus terhindar dari menghambur-hamburkan harta.
    Kita sebagai guru dan karyawan juga bertanggung jawab untuk mengelola keuangan sekolah sesuai dengan skala prioritas kebutuhan dan kemanfaatan kegiatan di sekolah, bertanggung jawab kepada yang berwenang juga bertanggung jawab pada Allah. Rosulullah S.A.W bersabda : Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara yaitu:tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan dimana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan. (H.R. Tirmidzi). Dalam Al-Qur’an juga disebutkan :” dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah yang demikian” (Q.S: Al-Furqon :67).
    Jika kita telah melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rosulullah seperti dalil di atas, maka kita termasuk sesorang yang memiliki literasi keuangan, seperti yang dijelaskan oleh Capuano & Ramsay : 2011 dalam jurnal penelitiannya, bahwa seseorang dikatakan memiliki literasi keuangan jika memiliki kompetensi inti antara lain, (1) money basic, yaitu meliputi kemampuan matematis dan keahlian dalam mengelola keuangan. (2) Budgeting yang memiliki kemampuan mengalokasikan pemasukan dan pengeluaran. (3) Menabung dan merencanakan. (4) Borrowing dan debt literacy. (5) Memahami produk-produk keuangan. (6) Resourch dan Self help.
  2. Modal
    Sisihkanlah sebagian penghasilan kita untuk modal. Menurut Robert T. Kyosaki, ada yang membedakan antara orang kaya dengan orang menengah dalam mengartikan modal/aset. Orang kaya membelanjakan uangnya untuk membeli aset, sedangkan orang kelas menengah membelanjakan hartanya untuk keperluan konsumtif, mereka menganggap itu membeli aset, padahal itu adalah barang konsumtif liabilitas. Sedangkan Aset adalah modal atau barang yang menghasilkan pemasukan, sedangkan liabilitas adalah barang yang akan mendatangkan pengeluaran. Hal tersebut sama dengan amalan yang dilakukan oleh Salman Al-Farisi dalam mengelola keuangan. Salman Al-Farisi menyampaikan bahwa, bagilah penghasilan kita menjadi 3 bagian : (1) untuk keperluan konsumtif. (2) untuk modal. (3) untuk sedekah.
    Sesorang yang memiliki amalan seperti Salman Al-Farisi, dapat mengelola sebagian hartanya untuk modal, maka ia termasuk orang yang memiliki Financial literacy. Seperti yang diungkapkan oleh Remund (2010). Ada empat kategori dalam financial literasi yaitu, (1) Penganggaran/budgeting,(2) Pinjaman/Borrwing, (3) Tabungan/Saving, (4) Investasi/Investing.
  3. Sedekah.
    Bersedekah tidak terbatas dengan orang yang memiliki pendapatan banyak atau berlebih, akan tetapi bersedekah menjadi tanggung jawab kita semua, karena di dalam harta kita terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan. Allah SWT. berfirman : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzaariyat:19). Maka sejatinya orang kaya bukanlah orang yang dapat mengumpulkan/menumpuk harta yang banyak, akan tetapi seberapa banyak harta yang ia sedekahkan/berikan untuk orang lain.
    Jika sedekah ini bagian dari kompetensi financial literacy, maka disinilah kita mendapat keberkahan dari harta kita. Allah SWT. Berfirman : “ Sesungguhnya Rabbku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya dan menyampaikan bagi (siapa yang dikehendakinya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan mengganti dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya. (Q.S : Saba:39).
    Kompetensi financial literacy sangatlah penting untuk dimiliki oleh semua orang. Financial literacy dapat diterapkan sejak dini kepada peserta didik kita untuk mempersiapkan peserta didik lebih sejahtera dan berkah di masa yang akan datang. Financial literasi dapat diterapkan di sekolah melalui kurikulum pembelajaran di sekolah atau melalui program pengembangan diri yang dibuat oleh sekolah. Sehingga financial literasi yang dimiliki oleh siswa tidak hanya sekedar pengetahuan akan tetapi siswa juga dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang keuangan yang ia miliki dalam kehidupan sehari-hari.
    Otoritas jasa keuangan (OJK) pada tahun 2016 ini sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan literasi keuangan di kurikulum Sekolah Dasar (SD). Kurikulum tersebut berisi penjelasan mengenai lembaga, pelayanan serta produk industri keuangan. Penjelasan diupayakan menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti. Sedangkan pada tahun 2013 yang lalu, OJK sudah memasukkan industri jasa keuangan sebagai bagian dari kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA).
    Pada kurikulum pengembangan diri, sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan baik konvensional maupun syar’i serta lembaga amil zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai guest teacher atau pemateri dalam seminar dan workshop terkait financial literacy. Siswa juga harus sudah mulai dikenalkan dengan pasar saham (bursa efek), bagaimana sistem transaksi di pasar saham, manfaat pasar saham, dan lain-lain. Sekolah dapat bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia dengan melakukan workshop pasar saham. Financial literacy yang dimiliki oleh siswa dapat diterapkan dalam program pembiasaan siswa melalui program menabung, mendirikan mini bank, menggunakan produk-produk lembaga keuangan, pembiasaan hidup hemat, pembiasaan bersedekah, dan lain-lain. Semoga kita dapat mewujudkan : “Be a Blassing to Financial Literacy”.